Rabu, 22 April 2009

MALIK BIN DINAR.RAH.A. DAN HAMBA SAHAYA

suatu ketika, Malik bin Dinar rah.a. sedang berjalan di daerah Basrah. Ia melihat seorang hamba wanita dengan pakaian gemerlap berjalan dengan para pembantunya dengan penuh angkuh dan gaya, berlagak seperti hamba wanita milik para raja. Melihat hal itu, Malik rah.a. berteriak kepadanya, "Hai gadis kecil! Apakah tuanmu mau menjualmu?" hamba wanita itu sangat terkejut atas pertanyaan Malik rah.a.
Ia berkata dengan tersinggun, "Orang tua, coba kau ulangi kata-katamu itu."
Malik rah.a. berkata, "Apakah tuanmu mau menjualmu?"
Gadis itu berkata, "Seandainya ia menjualku, dapatkah seorang miskin sepertimu mampu membayar hargaku?"
Malik rah.a. menjawab, "Tentu, bahkan aku dapat membeli seorang hamba wanita yang lebih cantik darimu."
Mendengar jawaban itu ia tertawa dan mengatakan pada pelayan-pelayannya untuk memegang Syeh dan membawanya menyertai mereka. Demikianlah Malik rah.a. di bawa oleh mereka ke rumah mereka. Setibanya di rumah, hamba itu menceritakan kepada tuannya semua yang terjadi antara dirinya dengan Syeh. Tuannya tertawa tertawa terbahak-bahak dan meminta agar laki-laki miskin itu (Syeh) dibawa ke hadapannya. Begitu Malik rah.a. muncul di hadapannya, orang kaya itu tiba-tiba diserang oleh rasa kagum. Ia bertanya, "Apa yang kamu inginkan?"
Syeh menjawab, "Aku ingin membeli hamba wanitamu."
Orang kaya itu berkata, "Dapatkah kamu membayar harganya?"
Syeh berkata, "Menurut perkiraanku harga hambamu adalah senilai dua biji kurma."
Mendengar perkataan Malik rah.a., semua yang hadir tertawa. Orang kaya itu berkata, "Atas dasar apa kamu menentukan harga itu bagi wanita ini?"
Syeh Malik rah.a. menjawab, "Jika hamba wanitamu tidak memakai wewangian, maka tubuhnya akan mengeluarkan bau yang menjijikkan, jika ia tidak meminyaki atau menyisir rambutnya, ia akan nampak kusut, dan dalam beberapa tahun lagi kemudaannya akan hilang serta semua daya tariknya akan luntur.
Ia juga mengalami menstruasi, mengeluarkan air seni, kotoran kecil maupun besar dan semua pengeluaran kotoran yang ada pada tubuhnya. Sesungguhnya ia tidak mencintaimu. Ia sangat mencintai dirinya sendiri dan semua kesenangan dan harta yang telah engkau miliki.
Seandainya engkau menyuruhnya pergi atau engkau meninggal lebih dahulu, ia akan pergi kepada laki-laki lain dan mengatakan cinta kepadanya.
Akupun mempunyai seorang hamba wanita, yang jauh melampaui hambamu dalam hal kecantikannya.
Ia telah diciptakan dari intisari kasturi dan ja'faron.
Ia memakai pakaian dari nur yang indah serta perhiasan mutiara.
Jika ia berbicara kepada seseorang yang telah meninggal dunia, maka orang itu akan hidup kembali.
Jika ia membuka sedikit saja tangannya di dunia ini, maka matahari akan nampak gelap.
Dan jika ia datang ke dunia ini, dengan semua kecantikan dan perhiasannya, ia akan memenuhinya dengan keharuman dan sinar yang sangat terang. Ia telah dipelihara dan diasuh di dalam taman kasturi dan ja'faron. Ia bermain dan berayun-ayun di dahan yang terbuat dari rubi merah dan batu marjan, ia diberi minum dari air tasniim. Ia tidak pernah memungkiri janji dan tidak pernah mengkhianati orang yang dicintainya."
Demikianlah, setelah menceritakan sifat-sifat bidadari surga, Syeh bertanya, "Sekarang katakan kepadaku, manakah di antara kedua wanita itu yang patut untuk diinginkan?"
Semua orang yang berkumpul di sana berkata dengan satu suara, "Tentu saja gadis yang baru saja engkau gambarkan yang sebaiknya setiap orang mencoba untuk memilikinya."

KISAH SA'ADUN RAH.A. DI ANGGAP GILA KARENA KEZUHUDANNYA

syaikh Malik bin Dinar rah.a. bercerita, "Pada suatu hari, aku berjalan melalui sebuah hutan di Basrah. Aku menjumpai Sa'adum rah.a., seorang ahli zuhud yang terkenal sebagai Sa'adun gila. Aku bertanya kepadanya,
"Apa kabarmu?"
Jawabnya, "Apa pendapatmu tentang seorang laki-laki yang sedang bersiap-siap untuk melakukan sesuatu perjalanan panjang di suatu pagi atau sore hari?, dan ia tidak mempunyai perbekalan untuk perjalanan itu. Tidak ada barang-barang, hewan kendaraan. Ia harus menghadap Rabbnya yang Maha Adil dan Pemurah, yang akan mengadili hamba-hamba-Nya.
Pada hari itu ia akan berkata ini dan itu." Sa'adun mulai menangis sedih.
Aku bertanya, "Mengapa engkau menangis?"
Ia menjawab, "Aku menangis bukan karena harus meninggalkan dunia ini, juga bukan karena takut kematian. Tetapi aku menangis karena menyesali hari-hari dalam hidupku yang kulalui tanpa beramal shaleh.
Demi Allah! Aku memangis karena aku hanya memiliki sedikit amalan baik untuk perjalananku yang panjang dan penuh kesukaran ini.
Banyak lembah gelap yang harus kulalui.
Aku hanya memiliki sedikit bekal.
Aku tidak tahu, apakah setelah perjalanan berat itu, aku akan dikirim ke surga atau di lempar ke neraka."
Aku berkata, "Ucapanmu sangat bijaksana, tetapi mengapa orang-orang memanggilmu Sa'adun si gila?"
Ia menjawab, "Apakah kamu pun terperdaya oleh ucapan ahli dunia tentang diriku? Akh! Cintaku kepada Rabbku telah mengilhami jantungku dan menembus hatiku, dagingku, tulangku dan seluruh tubuhku. Cintaku kepada Allah, telah menjauhkan diriku dari dunia ini, sehingga aku terlihat bingung dan membingungkan (sehingga mereka yang gila duniawi memanggilku si gila)."
Aku bertanya, "Mengapa kamu menjauhkan diri dari orang-orang?" (bersunyi diri di hutan).
Ia membaca dua bait sya'ir yang artinya:

"Menjauh dari kumpulan manusia, senantiasa berhubungan erat dengan Rabb. Karena, kamu dapati mereka seperti kalajengking, yang selalu siap menyengatmu dan menyakitimu." (Raudh)

Senin, 20 April 2009

SYAHIDNYA WAHAB BIN QOBUS R.A.

wahab bin Qobus r.a. adalah seorang sahabat yang tinggal di sebuah kampung.
Ia adalah tukang penggembala kambing.
Pada suatu hari, ia dan keponakannya pergi ke Madinah sambil membawa kambing-kambingnya.
Setibanya di Madinah, ia bertanya kepada orang-orang, "Di manakah Rosululloh saw.?" Lalu ia di beri tahu bahwa Nabi saw. telah pergi ke medan Uhud.
Ia langsung meninggalkan kambingnya dan menyusul ke Uhud untuk menemui Nabi saw.
Ketia itu Nabi saw. sedang terkepung oleh pasukan kafir.
Beliau bersabda, "Barang siapa dapat membubarkan kepungan mereka, ia akan bersamaku di surga."
Wahab bin Qobus r.a. langsung menghunus pedangnya dan menyerang kepungan orang-orang kafir itu, sehingga mereka melarikan diri.
Lalu,muncul lagi serangan musuh seperti sebelumnya, dan ia berhasil mengusir kembali.
Kemudian terjadi lagi pengepungan yang ketiga kalinya, dan Wahab berhasil menghalaunya.
Maka Rosululloh saw. menjanjikannya dengan surga.
Mendengar janji itu, Wahab r.a. semakin bersemangat dan menghunus pedangnya menyusup ke dalam kumpulan orang-orang kafir hingga ia gugur syahid.
Sa'ad bin Abi Waqosh r.a. berkata, "Aku belum pernah melihat orang yang berani dan hebat dalam bertempur seperti Wahab bin Qobus. Setelah syahid, aku melihat Rosululloh saw. berdiri di dekat kepalanya dan bersabda, "Allah meridhaimu dan aku juga meridhaimu." Beliau ikut menguburkan jenazahnya dengan tangan beliau sendiri. Padahal,ketika itu Nabi saw. sedang terluka.
Umar r.a. berkata, "Aku tidak pernah demikian cemburu terhadap sesuatu kecuali terhadap perbuatan Wahab.
Hatiku berdo'a dan berharap, semoga Allah menyampaikan aku kepada derajat sebagaimana amalan Wahab." (Al-Ishabah).

KISAH DIALOG SA'ID BIN JUBAIR RAH.A. DENGAN HAJJAJ BIN YUSUF

hajjaj bin Yusuf adalah seorang gubernur yang terkenal dengan kedzalimannya. Walaupun pada masa kekuasaannya ia turut menyebarkan agama dengan kedzalimannya, jika dibandingkan dengan pemimpin yang adil dan beragama, ia termasuk pemimpin yang paling buruk. Oleh sebab itu, orang-orang sangat berhati-hati terhadapnya.
Sa'id bin Jubair rah.a. dan Ibnu Asy'ats telah bersekutu menentang Hajjaj bin Yusuf. Hajjaj bin Yusuf adalah seorang gubernur Raja Abdul Malik bin Marwan. Dan Sa'id bin Jubair adalah seorang tabi'in dan ulama' besar yang termasyhur.
Orang-orang pemerintahan terutama Hajjaj, sangat membenci dan memusuhinya.
Hajjaj memerintahkan orang-orangnya untuk menangkap Sa'id bin Jubair rah.a. dan ia berkata bahwa barangsiapa yang melindungi Sa'id bin Jubair rah.a. maka ia dalam bahaya.
Singkat cerita akhirnya Sa'id bin Jubair rah.a. berhasil di tangkap di Makkah. Lalu ia dikirim oleh gubernur yang baru untuk menemui Hajjaj.
Setelah tertawan, Hajjaj menumpahkan semua kemarahannya kepadanya.
Ketika Sai'd rah.a. di panggil ke hadapannya, ia ditanya:
Hajjaj: "Siapa namamu?."
Sa'id: "Namaku Sa'id."
Hajjaj: "Anak siapa?."
Sa'id: "Anak Jubair."
Hajjaj: "Bukan,namamu adalah Syaqi bin Kusair."
Sa'id: "Ibuku lebih mengetahui namaku daripada kamu."
Hajjaj: "Kamu orang jahat dan ibumu juga orang jahat."
Sa'id: "Ada yang lebih mengetahui hal yang ghaib selain kamu." (Yaitu Allah swt.).
Hajjaj: "Lihatlah, kamu akan mati terpotong-potong."
Sa'id: "Ibuku telah memberi nama dengan benar."
Hajjaj: "Sekarang akan aku tukar kehidupanmu dengan mengirimmu ke neraka."
Sa'id: "Jika aku tahu bahwa ini adalah kekuasaanmu, tentu kamu akan di sembah."
Hajjaj: "Bagaimana aqidahmu sebagai pengikut Rosululloh?"
Sa'id: "Beliau adalah Nabi pembawa rahmat dan Rosululloh saw. yang telah dikirim ke seluruh alam dengan membawa nasihat yang sempurna."
Hajjaj: "Bagaimanakah pendapatmu tentang para khalifah?"
Sa'id: "Aku bukan pengawas mereka. Setiap orang mengetahui tanggungjawab masing-masing."
Hajjaj: "Apakah aku mengatakan tentang mereka baik atau buruk?"
Sa'id: "Bagaimana aku mengatakan hal yang tidak aku ketahui? Aku hanya mengetahui tentang diriku."
Hajjaj: "Siapakah di antara mereka yang paling kamu sukai?"
Sa'id: "Orang yang di ridhai oleh Allah."
Hajjaj: "Siapa orang yang paling di ridhai oleh Allah itu?"
Sa'id: "Itu hanya diketahui oleh Yang Maha Mengetahui hati manusia dan memiliki seluruh rahasia."
Hajjaj: "Ali berada di surga atau di neraka?"
Sa'id: "Jika aku telah pergi ke surga dan neraka, lalu aku melihatnya maka aku baru dapat menjawab."
Hajjaj: "Pada hari kiamat aku termasuk orang yang bagai mana?"
Sa'id: "Aku tidak mengetahui tentang yang ghaib."
Hajjaj: "Kamu tidak jujur padaku."
Sa'id: "Aku tidak berbohong kepadamu."
Hajjaj: "Mengapa kamu tidak pernah tertawa?"
Sa'id: "Tidak ada yang patut di tertawakan. Bagaimana mungkin manusia dapat tertawa sedangkan ia terbuat dari tanah. Dan kita akan di bangkitkan pada hari Kiamat, dan setiap siang dan malam kita selalu dalam fitnah dunia."
Hajjaj: "Kalau aku suka tertawa."
Sa'id: "Jika demikian, kita memang diciptakan dalam keadaan yang berbeda-beda."
Hajjaj: "Aku adalah pembunuhmu."
Sa'id: "Penciptaku telah memutuskan penyebab kematianku."
Hajjaj: "Aku lebih di cintai Allah daripada kamu."
Sa'id: "Aku tidak mau mendahului Allah sebelum aku mengetahui derajatku sendiri. Allahlah yang mengetahui hal-hal yang ghaib."
Hajjaj: "Mengapa aku tidak dapat memberanikan diri, padahal aku berada di pihak raja dan kamu termasuk golongan pembangkang yang melawan kerajaan."
Sa'id: "Aku tidak memisahkan dari jamaah, aku tidak menyukai fitnah. Dan apa yang telah menjadi takdirku aku tidak mampu menolaknya."
Hajjaj: "Apa saja yang ingin di kumpulkan oleg Amirul Mukminin, apakah sulitnya bagi kami untuk mendapatkannya."
Sa'id: "Aku tidak mengetahui apa yang telah kamu kumpulkan."
Kemudian Hajjaj menyuruh pelayannya untuk mengambil emas, perak, pakaian, dan lain-lain, kemudian harta benda tersebut diletakkan di depan Sa'id.
Sa'id: "Ini adalah sesuatu yang baik. Apabila kamu menunaikan syaratnya."
Hajjaj: "Apakah syaratnya itu."
Sa'id: "Belilah sesuatu dengan harta ini yang dapat memberikan kenyamanan pada hari Kiamat. Ketika semua dalam keadaan kebingungan. Hari ketika ibu yang menyusui melupakan susuan bayinya, dan hari ketika kandungan wanita hamil menjadi gugur.
Selain itu, seseorang tidak dapat mendapatkan sesuatu yang lebih berharga kecuali sesuatu yang bermanfaat saja."
Hajjaj: "Apakah benda-benda yang telah kami kumpulkan ini merupakan sesuatu yang tidak baik?"
Sa'id: "Kamu yang mengumpulkan tentu kamu yang lebih mengetahui kebaikannya."
Hajjaj: "Apakah diantara benda-benda tersebut ada yang kamu sukai?"
Sa'id: "Hal-hal yang di sukai Allah, itulah yang aku sukai."
Hajjaj: "Untukmulah kebinasaan."
Sa'id: "Kebinasaan hanyalah bagi orang-orang yang di jauhkan dari surga dan di masukkan ke dalam neraka oleh Allah swt."
Hajjaj(dalam keadaan gelisah): "Katakanlah kepadaku, bagaimanakah dan dengan cara apakah aku harus membunuhmu?"
Sa'id: "Terserah, dengan cara apa saja yang kamu sukai."
Hajjaj: "Haruskah aku mengampunimu?"
Sa'id: "Ampunan adalah milik Allah. Sedangkan ampunanmu tidak bermanfaat sedikitpun."
Hajjaj(menyuruh algojonya): "Bunuh dia."
Kemudian Sa'id dibawa keluar oleh algojonya, dan Sa'id hanya tertawa.
Ketika perbuatan itu di sampaikan kepada Hajjaj, Sa'id dipanggil kembali untuk ditanya. "Mengapa kamu tertawa?"
Sa'id: "Aku mengagumi keberanianmu kepada Allah dan kasih sayang-Nya kepadaku."
Hajjaj: "Aku membunuh orang yang memecah belah kaum muslimin."
Lalu Hajjaj menyuruh algojonya, "Potonglah lehernya di hadapanku."
Sa'id: "Izinkanlah aku shalat dua rakaat."
Sa'id melaksanakan dua rakaat shalat, lalu menghadapkan mukanya ke arah kiblat, dan membaca:

"innii wajjahtu wajhiya lilladzii fatharassamaawaati wal'ardha haniifan wamaa ana minalmusyrikiin"

Artinya: "Sesungguhnya aku hadapkan diriku kepada Allah Yang Menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah." (Q.s. Al-An'aam:79).

Hajjaj: "Palingkan wajahnya dari kiblat. Arahkan wajahnya ke kiblat orang-orang Nashrani, karena ia telah memecah belah kaum muslimin dan telah menimbulkan perselisihan di antara mereka."
Wajah Sa'id pun dipalingkan dari kiblat. Lalu Sa'id membaca:

"Fainnamaa tuwalluu fatsamma wajhullaahi."

Artinya: "Kemana kamu palingkan wajahmu, di situ akan menemui Tuhanmu." (Q.s. Al-Baqarah:115).

Hajjaj: "Telungkupkan wajahnya! Kita bertanggungjawab atas perbuatannya yang terlihat."
Lalu Sa'id membaca:

"Minhaa khalaqnaakum wa fiihaa nu'iidukum wa minhaa nukhrijukum taaratan ukhraa."

Artinya: "Darinya(tanah) Kami menjadikanmu, dam kepadanya Kami akan mengembalikanmu, dan darinya Kami akan mengeluarkanmu pada kali yang lain." (Q.s. Thaahaa:55).

Hajjaj: "Bunuh dia!."
Sa'id: "Aku bersaksi atas perbuatanmu ini. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu utusan-Nya.
Wahai Hajjaj, ingatlah jika nanti pada hari Kiamat aku berjumpa denganmu, aku akan menuntutmu."
Lalu, Sa'id pun mati syahid.
Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun.

Setelah kematiannya, banyak darah mengalir dari tubuhnya, sehingga Hajjaj kaget.
Hajjaj bertanya kepada tabibnya. Jawab tabibnya, "Itu karena ketenangan hati Sa'id. Sedikit pun ia tidak takut menghadapi kematiannya, sehingga darahnya mengalir sesuai kadarnya.
Berbeda dengan orang yang takut menghadapi kematian, darahnya membeku sebelum ia mati. (Al-Amanat wal siyasat).