Senin, 20 April 2009

KISAH DIALOG SA'ID BIN JUBAIR RAH.A. DENGAN HAJJAJ BIN YUSUF

hajjaj bin Yusuf adalah seorang gubernur yang terkenal dengan kedzalimannya. Walaupun pada masa kekuasaannya ia turut menyebarkan agama dengan kedzalimannya, jika dibandingkan dengan pemimpin yang adil dan beragama, ia termasuk pemimpin yang paling buruk. Oleh sebab itu, orang-orang sangat berhati-hati terhadapnya.
Sa'id bin Jubair rah.a. dan Ibnu Asy'ats telah bersekutu menentang Hajjaj bin Yusuf. Hajjaj bin Yusuf adalah seorang gubernur Raja Abdul Malik bin Marwan. Dan Sa'id bin Jubair adalah seorang tabi'in dan ulama' besar yang termasyhur.
Orang-orang pemerintahan terutama Hajjaj, sangat membenci dan memusuhinya.
Hajjaj memerintahkan orang-orangnya untuk menangkap Sa'id bin Jubair rah.a. dan ia berkata bahwa barangsiapa yang melindungi Sa'id bin Jubair rah.a. maka ia dalam bahaya.
Singkat cerita akhirnya Sa'id bin Jubair rah.a. berhasil di tangkap di Makkah. Lalu ia dikirim oleh gubernur yang baru untuk menemui Hajjaj.
Setelah tertawan, Hajjaj menumpahkan semua kemarahannya kepadanya.
Ketika Sai'd rah.a. di panggil ke hadapannya, ia ditanya:
Hajjaj: "Siapa namamu?."
Sa'id: "Namaku Sa'id."
Hajjaj: "Anak siapa?."
Sa'id: "Anak Jubair."
Hajjaj: "Bukan,namamu adalah Syaqi bin Kusair."
Sa'id: "Ibuku lebih mengetahui namaku daripada kamu."
Hajjaj: "Kamu orang jahat dan ibumu juga orang jahat."
Sa'id: "Ada yang lebih mengetahui hal yang ghaib selain kamu." (Yaitu Allah swt.).
Hajjaj: "Lihatlah, kamu akan mati terpotong-potong."
Sa'id: "Ibuku telah memberi nama dengan benar."
Hajjaj: "Sekarang akan aku tukar kehidupanmu dengan mengirimmu ke neraka."
Sa'id: "Jika aku tahu bahwa ini adalah kekuasaanmu, tentu kamu akan di sembah."
Hajjaj: "Bagaimana aqidahmu sebagai pengikut Rosululloh?"
Sa'id: "Beliau adalah Nabi pembawa rahmat dan Rosululloh saw. yang telah dikirim ke seluruh alam dengan membawa nasihat yang sempurna."
Hajjaj: "Bagaimanakah pendapatmu tentang para khalifah?"
Sa'id: "Aku bukan pengawas mereka. Setiap orang mengetahui tanggungjawab masing-masing."
Hajjaj: "Apakah aku mengatakan tentang mereka baik atau buruk?"
Sa'id: "Bagaimana aku mengatakan hal yang tidak aku ketahui? Aku hanya mengetahui tentang diriku."
Hajjaj: "Siapakah di antara mereka yang paling kamu sukai?"
Sa'id: "Orang yang di ridhai oleh Allah."
Hajjaj: "Siapa orang yang paling di ridhai oleh Allah itu?"
Sa'id: "Itu hanya diketahui oleh Yang Maha Mengetahui hati manusia dan memiliki seluruh rahasia."
Hajjaj: "Ali berada di surga atau di neraka?"
Sa'id: "Jika aku telah pergi ke surga dan neraka, lalu aku melihatnya maka aku baru dapat menjawab."
Hajjaj: "Pada hari kiamat aku termasuk orang yang bagai mana?"
Sa'id: "Aku tidak mengetahui tentang yang ghaib."
Hajjaj: "Kamu tidak jujur padaku."
Sa'id: "Aku tidak berbohong kepadamu."
Hajjaj: "Mengapa kamu tidak pernah tertawa?"
Sa'id: "Tidak ada yang patut di tertawakan. Bagaimana mungkin manusia dapat tertawa sedangkan ia terbuat dari tanah. Dan kita akan di bangkitkan pada hari Kiamat, dan setiap siang dan malam kita selalu dalam fitnah dunia."
Hajjaj: "Kalau aku suka tertawa."
Sa'id: "Jika demikian, kita memang diciptakan dalam keadaan yang berbeda-beda."
Hajjaj: "Aku adalah pembunuhmu."
Sa'id: "Penciptaku telah memutuskan penyebab kematianku."
Hajjaj: "Aku lebih di cintai Allah daripada kamu."
Sa'id: "Aku tidak mau mendahului Allah sebelum aku mengetahui derajatku sendiri. Allahlah yang mengetahui hal-hal yang ghaib."
Hajjaj: "Mengapa aku tidak dapat memberanikan diri, padahal aku berada di pihak raja dan kamu termasuk golongan pembangkang yang melawan kerajaan."
Sa'id: "Aku tidak memisahkan dari jamaah, aku tidak menyukai fitnah. Dan apa yang telah menjadi takdirku aku tidak mampu menolaknya."
Hajjaj: "Apa saja yang ingin di kumpulkan oleg Amirul Mukminin, apakah sulitnya bagi kami untuk mendapatkannya."
Sa'id: "Aku tidak mengetahui apa yang telah kamu kumpulkan."
Kemudian Hajjaj menyuruh pelayannya untuk mengambil emas, perak, pakaian, dan lain-lain, kemudian harta benda tersebut diletakkan di depan Sa'id.
Sa'id: "Ini adalah sesuatu yang baik. Apabila kamu menunaikan syaratnya."
Hajjaj: "Apakah syaratnya itu."
Sa'id: "Belilah sesuatu dengan harta ini yang dapat memberikan kenyamanan pada hari Kiamat. Ketika semua dalam keadaan kebingungan. Hari ketika ibu yang menyusui melupakan susuan bayinya, dan hari ketika kandungan wanita hamil menjadi gugur.
Selain itu, seseorang tidak dapat mendapatkan sesuatu yang lebih berharga kecuali sesuatu yang bermanfaat saja."
Hajjaj: "Apakah benda-benda yang telah kami kumpulkan ini merupakan sesuatu yang tidak baik?"
Sa'id: "Kamu yang mengumpulkan tentu kamu yang lebih mengetahui kebaikannya."
Hajjaj: "Apakah diantara benda-benda tersebut ada yang kamu sukai?"
Sa'id: "Hal-hal yang di sukai Allah, itulah yang aku sukai."
Hajjaj: "Untukmulah kebinasaan."
Sa'id: "Kebinasaan hanyalah bagi orang-orang yang di jauhkan dari surga dan di masukkan ke dalam neraka oleh Allah swt."
Hajjaj(dalam keadaan gelisah): "Katakanlah kepadaku, bagaimanakah dan dengan cara apakah aku harus membunuhmu?"
Sa'id: "Terserah, dengan cara apa saja yang kamu sukai."
Hajjaj: "Haruskah aku mengampunimu?"
Sa'id: "Ampunan adalah milik Allah. Sedangkan ampunanmu tidak bermanfaat sedikitpun."
Hajjaj(menyuruh algojonya): "Bunuh dia."
Kemudian Sa'id dibawa keluar oleh algojonya, dan Sa'id hanya tertawa.
Ketika perbuatan itu di sampaikan kepada Hajjaj, Sa'id dipanggil kembali untuk ditanya. "Mengapa kamu tertawa?"
Sa'id: "Aku mengagumi keberanianmu kepada Allah dan kasih sayang-Nya kepadaku."
Hajjaj: "Aku membunuh orang yang memecah belah kaum muslimin."
Lalu Hajjaj menyuruh algojonya, "Potonglah lehernya di hadapanku."
Sa'id: "Izinkanlah aku shalat dua rakaat."
Sa'id melaksanakan dua rakaat shalat, lalu menghadapkan mukanya ke arah kiblat, dan membaca:

"innii wajjahtu wajhiya lilladzii fatharassamaawaati wal'ardha haniifan wamaa ana minalmusyrikiin"

Artinya: "Sesungguhnya aku hadapkan diriku kepada Allah Yang Menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah." (Q.s. Al-An'aam:79).

Hajjaj: "Palingkan wajahnya dari kiblat. Arahkan wajahnya ke kiblat orang-orang Nashrani, karena ia telah memecah belah kaum muslimin dan telah menimbulkan perselisihan di antara mereka."
Wajah Sa'id pun dipalingkan dari kiblat. Lalu Sa'id membaca:

"Fainnamaa tuwalluu fatsamma wajhullaahi."

Artinya: "Kemana kamu palingkan wajahmu, di situ akan menemui Tuhanmu." (Q.s. Al-Baqarah:115).

Hajjaj: "Telungkupkan wajahnya! Kita bertanggungjawab atas perbuatannya yang terlihat."
Lalu Sa'id membaca:

"Minhaa khalaqnaakum wa fiihaa nu'iidukum wa minhaa nukhrijukum taaratan ukhraa."

Artinya: "Darinya(tanah) Kami menjadikanmu, dam kepadanya Kami akan mengembalikanmu, dan darinya Kami akan mengeluarkanmu pada kali yang lain." (Q.s. Thaahaa:55).

Hajjaj: "Bunuh dia!."
Sa'id: "Aku bersaksi atas perbuatanmu ini. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu utusan-Nya.
Wahai Hajjaj, ingatlah jika nanti pada hari Kiamat aku berjumpa denganmu, aku akan menuntutmu."
Lalu, Sa'id pun mati syahid.
Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun.

Setelah kematiannya, banyak darah mengalir dari tubuhnya, sehingga Hajjaj kaget.
Hajjaj bertanya kepada tabibnya. Jawab tabibnya, "Itu karena ketenangan hati Sa'id. Sedikit pun ia tidak takut menghadapi kematiannya, sehingga darahnya mengalir sesuai kadarnya.
Berbeda dengan orang yang takut menghadapi kematian, darahnya membeku sebelum ia mati. (Al-Amanat wal siyasat).

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Critanya asyik

anang mengatakan...

assalamu'alaikum
fitnah apakah yang menimpa sa'id ini sehingga dia dihukum oleh hajaj??